“Friendship is the hardest thing in the world to explain. It’s not something you learn in school. But if you haven’t learned the meaning of friendship, you really haven’t learned anything.”  – Muhammad Ali

Suatu sore selepas pulang kantor, saya diajak kawan kantor menonton film berjudul 5 cm di salah satu bioskop di Bandung. Sebuah film karya anak negeri berkisah tentang mimpi, persahabatan dan petulangan lima sekawan yang diadaptasi dari sebuah novel best seller dengan judul yang sama. Meski awalnya agak enggan, karena saya belum sempat baca novelnya dan lebih exited kalau diajak nonton film action atau animasi barat, namun saya akhirnya menyanggupi ajakan itu. Seperti yang sudah saya duga, walaupun terbilang bagus untuk film Indonesia, film ini menurut saya pribadi terkesan ambigu dan kurang memperhatikan detail sehingga kurang memberi emosi dibandingkan dengan film box office ala western yang biasa saya tonton.

Namun apa yang berkesan dari film ini adalah mengingatkan saya pada sahabat-sahabat lama, yang menemani kehidupan saya di Semarang sebelum pindah ke Bandung dua tahun silam. Hampir mirip dengan cerita di 5 cm, hanya bedannya kami tidak berlima dan tidak ada cerita romatisme satu sama lain (apa iya ya… hehe). Perkenalkan, they are The Semarangers, ada Sugeng, Dina, Rany, saya dan beberapa teman sejawat di Semarang yang lain.

Kami dipertemukan di sebuah kantor sebagai satu angkatan kerja yang kebetulan sama-sama ditempatkan di regional Semarang. Di masa-masa awal kerja, kami masih jarang berkumpul, maklum belum terlalu kenal dan kost kami juga berbeda. Saya kebetulan satu kost dengan Sugeng yang tidak jauh dari kantor. Kedekatan kami dimulai ketika menghadiri acara pernikahan salah satu teman seangkatan kami, Vina, di Surabaya bersama teman-teman kantor lainnya.

Narsis in the car Sejak itu kami cukup sering melewati hari-hari bersama di Semarang. Layaknya sekelompok ABG berduit yang haus akan hiburan dan petualangan, hampir setiap hari selepas pulang kantor, kami pesiar bareng ke mall, makan, nongkrong, nonton, karaoke, atau sekedar berkumpul di kost’an sambil main kartu atau monopoli. Memang ada faktor kesamaan yang mendukung kebersamaan kami yakni sama-sama bujang, dari luar kota, satu kantor, seumuran dan tentunya kami semua suka jalan. Bersama kami mencoba berkenalan dengan kota Semarang, mengunjungi tempat-tempat unik dan sesembari berwisata kuliner. Tak lupa dokumentasi selalu jadi penghibur kami di setiap momen. Kebetualan Sugeng yang penghobi fotografi, pada saat itu membeli kamera baru, dan kondisi ini dimanfaatkan Dina dan Rany untuk menjadi model dadakan J. Kalau saya biasanya hanya menjadi penyedia jasa antar jemputnya, yup, alias driver atau supir J.

touching the SkyBosan dengan suasana Semarang, kadang kami pergi pesiar ke luar kota. Salah satu trip menyenangkan yang saya ingat adalah ketika berpetualang ke kota pelajar nan berbudaya, kota Yogyakarta. Kebetulan saya yang adalah lulusan salah satu kampus swasta di Jogja, sangat familiar dengan seluk beluk kota, mulai dari kuliner, penginapan, tempat wisata, tempat nongkrong bahkan sampai wisata malam J. Kami menginap di salah satu hotel melati di kawasan Ambarukmo dengan paket super hemat, satu kamar berempat. Pantai Parangtritis menjadi tujuan awal dimana kami beruntung ditemani cuaca yang cerah dan pemandangan sunset yang luar biasa sehingga naluri menjadi model pun tak terbendung lagi. Kegiatan malam kami isi dengan Challenging the darkwisata kuliner dan bermain ke alun-alun selatan, mencoba tantangan melewati dua pohon beringin dengan mata tertutup kain. Tak lupa kami mengunjungi landmark lainnya seperti pasar SunMor (Sunday Morning) di UGM, dan Puncak Ketep di Magelang yang merupakan puncak terdekat dengan gunung Merapi.

Trip seru kami lainnya, adalah ketika melakukan perjalanan ke Parangandaran, Cilacap. Mungkin mirip dengan petualangan Zafran dkk di film 5 cm dalam menaklukan puncak Mahameru, perjalanan kami kali ini diwarnai begitu banyak kejadian dan perjuangan selama perjalanan. Kami berangkat ke Bandung dari stasiun Tawang Semarang dan hampir ketinggalan kereta. Di Bandung kami Reaching the Mountainmengalami sedikit insiden sehingga baru bisa memulai perjalanan via mobil dari Bandung di siang hari. Tak cukup sampai disana, cobaan lainnya pun datang, mulai dari Blackberry Dina yang hilang, pohon tumbang di jalan, lokasi wisata yang tutup karena hujan deras, bahkan sampai perjalanan pulang pun kami harus bersusah payah mengejar bus ekonomi dan travel ke Semarang. Namun selalu ada cerita dibalik perjuangan dan kami selalu tertawa jika mengenang momen ini.

Cerita di atas adalah sepenggal pengalaman tentang kehidupan kami di Semarang dan tentunya masih banyak momen-momen lain yang tidak bisa ditulis satu persatu. Walaupun masa-masa itu hanya berlangsung singkat, karena saya mulai disibukkan urusan kantor ke luar kota, namun saya merasa beruntung pernah menjadi bagian dari kebersamaan mereka dan memahami makna penting pertemanan bagi kehidupan saya.

Singkat cerita, 2 tahun berlalu, Rany, Sugeng dan saya sudah dipindahkan ke kantor Bandung dan Dina ditempatkan di Jakarta. Kondisi sekarang semuanya jelas sudah jauh berubah, kami sudah sibuk menjalani dunia kami masing-masing karena memang kami dituntut untuk bersiap menjalani kehidupan yang lebih serius dan lebih dewasa. Cerita kami di atas mungkin hanya akan jadi memori nostalgia masa lalu namun selalu indah untuk dikenang. Kadang timbul rasa kangen untuk mengulang petualangan itu bersama lagi, walaupun rasanya agak sulit mewujudkan melihat kondisi kami sekarang.

The reunionSepulang menonton 5 cm, saya mencoba untuk mencari foto-foto di account Facebook untuk mengenang masa-masa kami itu. Walaupun foto-foto tersebut sudah lama terbenam di antar file-file foto yang baru, namun rasa kebersamaan itu masih tetap ada sampai sekarang. Rany yang baru saja melangsungkan resepsi pernikahannya secara tak sengaja kembali mempertemukan The Semarangers dalam formasi yang lengkap setalah hampir 2 tahun terpisah. Semoga persahabatan ini bisa awet sampai kapanpun dan menemani perjalanan menuju cita-cita dan mimpi kami. Amien.

“… Tanpamu tak akan sama
Tanpamu semua berbeda
Kisahmu juga kisahku
Selalu bersama …”

Nidji – Di Atas Awan