My living in Telkom is About Work Life Balance

Semangat Pagiii!!!
Pagi… pagi… pagi…

Sering kali kita mendengar istilah Work Life Balance dalam dunia kerja saat ini.

Bagi saya, Work Life Balance adalah pola bekerja dengan tidak mengabaikan semua aspek kehidupan kerja, pribadi, keluarga, spiritual, dan sosial. Saya yakin ketika keseimbangan dalam pekerjaan dan kehidupan kita berada ditingkat kepuasan yang tinggi, maka saat itu kinerja kita akan menjadi lebih berkualitas, sehingga kita bisa memberikan kontribusi dan pelayanan terbaik.

16463928_1632031783771209_7388467574557638656_nOiya.. perkenalkan nama saya Sandhi Yudistira, saya bekerja di PT Telkom Indonesia selama hampir 11 tahun, dan setahun terakhir saya bertugas di unit War Room Witel Denpasar. Keseharian pekerjaan saya adalah melakukan monitoring dan analisa performansi, action planning, quality controlling, reporting data dan presentasi ke GM. Memang tidak sesibuk unit operasional seperti Sales dan Akses Jaringan, tapi beban psikologis yang saya rasa cukup tinggi mengingat saya harus selalu siap dengan data dan analisa kapanpun dibutuhkan GM saya. Namun banyak sisi positifnya, saya lebih mampu melihat unit perusahaan secara holistik (makro dan mikro), dan secara strategis bisa berdiskusi dan memberikan gagasan langsung ke GM selaku pimpinan unit.

Berbicara mengenai Work Life Balance di tempat saya bekerja tidak lepas dari bagaimana saya memanage waktu dan pekerjaan, dengan menyesuaikan kondisi, situasi, dan kebijakan perusahaan. Pengalaman saya bekerja selama 11 tahun mengatakan, untuk merasakan work life balance dibutuhkan kerja smart, habit, motivasi dan mindset yang positif. Dengan kata lain, kita sendiri lah yang harus membentuk work life balance tersebut.

Jadi kalau ditanya, apa saya sudah merasakan work life balance di Telkom?
Jawabannya: 99% iya. Kenapa?

Pertama, terkait rutinitas kehidupan kerja.
2019-12-19 09.29.00Telkom mulai menerapkan Flexible Working Arrangement (FWA) yang mengatur pola kerja karyawan dengan pilihan waktu dan tempat yang lebih fleksibel. FWA ini dibuat untuk menciptakan employee experience yang positif, dimana penerapannya diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dengan tetap mengedepankan integritas. Saya yang bekerja di Unit War Room Witel Denpasar merasakan dampak positif dari kebijakan ini. Sebagai gambaran misalnya dalam kondisi normal saya berangkat ke kantor, mengerjakan pekerjaan, rapat koordinasi dan sebagainya. Namun jika ada kepentingan di luar pekerjaan, maka tidak masalah ketika jam kerja saya berada di luar kantor (rumah, mall, cafe) selama saya masih bisa berkoordinasi dan sudah memenuhi target dan tanggung jawab pekerjaan saya. Namun ketika saya dibutuhkan untuk berkoordinasi tatap muka dengan unit lain atau senior leader untuk pekerjaan bersifat high priority, saya selalu siap meskipun itu harus dilakukan di luar jam atau hari kerja, semisal hari Sabtu atau Minggu.

Kedua, implementasi teknologi IT yang mendukung.
2019-12-19 09.20.59Kebijakan FWA di Telkom didukung oleh implementasi system IT yang terintegrasi dengan koneski internet. Dampak positifnya saya bisa bekerja, membuat presentasi dan menyelesaikan laporan, mengontrol pekerjaan dari manapun hanya dengan bermodalkan perangkat multifungsi yakni laptop, handphone dan tentunya koneksi internet. Rapat koordinasi juga bisa dilakukan melalui video atau teleconference. Namun memang harus diakui batasan antara jam bekerja dengan kehidupan pribadi menjadi bias, karena pekerjaan-pekerjaan turut terlibat dalam jam-jam kehidupan pribadi kita. Tapi semua ini kembali lagi kepada bagaimana kita membagi prioritas dengan mindset yang positif.

Ketiga, waktu dengan keluarga.
Saya termasuk orang yang mendefinisikan kesuksesan tidak serta merta hanya pada tingginya jabatan atau penghasilan yang diterima, akan tetapi keseimbangan kerja dan keluarga. Saya tidak ingin punya jabatan tinggi tetapi keluarga terbengkalai atau sebaliknya terlalu sibuk mengurus keluarga sehingga pekerjaan menjadi berantakan. Pengalaman saya living in Telkom selama ini mengatakan bahwa perusahaan mampu mengakomodasi “keseimbangan kerja dan keluarga”  bagi karyawannya. 61617801_2245673638880462_2186484116299486751_nSaya masih memiliki cukup banyak waktu dengan keluarga, berkumpul bersama keluarga, makan malam bersama pasangan dan anak-anak, ataupun menghabiskan akhir pekan dengan jalan-jalan bersama keluarga. Kalaupun ada pekerjaan yang harus diselesaikan atau harus ikut kegiatan kantor di akhir pekan, saya berusaha mengkompensasikan waktu tersebut untuk keluarga di lain waktu. Jadi, no issue terkait keseimbangan kerja dan keluarga, tergantung kembali lagi bagaimana saya mengalokasikan waktu, pikiran dan energi sesuai dengan prioritas dan nilai yang kita anut.

Keempat, terkait kehidupan sosial dan spiritual.
Latar belakang saya adalah orang Bali yang tinggal di Bali, tempat dimana tradisi adat istiadat dan budaya sangat kuat sehingga menjadi norma sosial yang mengikat masyarakatnya. Sebagai anak laki-laki yang sudah berkeluarga saya mempunyai kewajiban adat sosial yang harus dipenuhi baik secara religus maupun kegiatan sosiokultural dalam kehidupan sehari-hari, semisal terlibat dalam rutinitas upacara keagamaan, berkeluarga, dan bermasyarakat di banjar adat. 73101358_2134267480210696_7092648029729976125_nTidak jarang kewajiban sosial ini harus dipenuhi pada saat jam atau hari kerja. Namun untungnya selama ini, Living in Telkom (bekerja di Telkom) memungkinkan saya membagi waktu sehingga bisa memenuhi kewajiban sosial tanpa mengabaikan tanggung jawab saya sebagai seorang karyawan. Misal saya pernah diijinkan pulang kampung di siang hari pada saat rapat koordinasi, untuk menghadiri undangan kegiatan banjar. Sepulang dari kampung malamnya saya buka laptop lagi di rumah untuk review hasil rapat siang tadi dan action plannya.

Kelima, selalu ada cara untuk mengalihkan kebosanan rutinitas kerja.
Sudah hampir setahun saya bekerja di Unit yang berkaitan dengan rutinitas pengolahan, analisa, dan reporting data. Tipe pekerjaan ini membutuhkan konsentrasi dan detail oriented terhadap dokumen dan data, jadi sangat rawan terhadap kejenuhan. Living in Telkom memungkinkan saya untuk mencari kegiatan lain untuk mengalihkan kebosanan dari rutinitas pekerjaan.

2019-12-19 09.20.45 2019-12-19 09.07.33

Misalnya, Telkom menyediakan event dan wadah untuk berinovasi melalui lomba inovasi atau karya tulis. Invoasi adalah salah satu budaya kerja di Telkom, dan biasanya ini menantang adrenalin dan imaginasi saya untuk ikut berpartisipasi. Walaupun tidak pernah menang dan sepintas terasa menambah kesibukan, tapi hal ini mampu memberikan motivasi kerja, manambah wawasan, pengalaman baru dan tentunya bisa mengalihkan energi dan pikiran dari rutinitas.

25012182_1998777483722218_3142025227089739776_nSaya juga tidak jarang ikut dalam kegiatan Serikat Karyawan, sekedar untuk bersosialisasi dengan karyawan lain, berbagi ide, sekaligus menerima update informasi terkait isu-isu yang perlu menjadi concern karyawan di Perusahaan. Selain itu saya masih bisa melakukan hobi saya yakni olahraga (me time). Setiap kamis sepulang kantor, saya menyempatkan latihan Golf bersama teman kantor sekedar untuk mencari keringat dan menghilangkan jenuh.

Kesimpulannya my living in Telkom is truly about work life balance. Di lokasi kerja dan kondisi saya saat ini, saya merasa sudah memiliki waktu dan energi untuk melakukan olah raga, having fun, beribadah, berkumpul bersama orang-orang terdekat, mengunjungi dan berjalan-jalan ke tempat yang saya suka, menghadiri kegiatan sosial adat, dan tentunya berusaha meningkatkan kualitas kerja, menikmati pekerjaan, serta merasakan kehidupan yang sehat dan berkecukupan.

11 tahun Living in Telkom membuat saya menyadari bahwa keseimbangan hidup yang saya cari, menunggu saya untuk membentuknya sendiri. Seandainya suatu saat nanti saya dipercaya mengemban tanggung jawab yang lebih tinggi di perusahaan, saya yakin prinsipnya tetap sama, saya akan mencari cara untuk tetap seimbang antara kehidupan kerja, pribadi, keluarga, spiritual, dan sosial.
Work smart, play hard, pray often. Tetap semangat menikmati hidup dan jangan lupa bahagia dengan bersyukur.